Entri Populer

Selasa, 30 November 2010

Penyebab dan Solusi Banjir di Jakarta


Penyebab Banjir di Jakarta
1.        Curah Hujan
Curah hujan yang di atas normal tentunya berpengaruh sekali terhadap peluang banjir. Berhubung curah hujan tertinggi di Indonesia terjadi selama bulan Februari-Maret, tentunya banjir biasanya terjadi dalam periode ini. Hal ini menyababkan setiap daerah yang biasa terkena, seperti Jakarta akn mengalami berbagai macam gejala. Seperti macetnya jalan raya yang terkena banjir, banyak warga yang mengungsi, timbulnya berbagai macam penyakit dan lain sebagainya.
Meski hujan merupakan salah satu sumber air penyebab banjir di Jakarta, tetapi biasanya hujan yang paling sering disalahkan, sehingga manusia kemudian menciptakan alat pengukur curah hujan. Alat ini biasanya ada dalam stasiun pengamatan cuaca. Tidak cuman satu alat, tapi banyak alat yang dipasang tersebar pada suatu daerah.
2.        Saluran Air
Banjir di Jakarta sebenernya terjadi sejak lama, Jaman Jakarta masih bernama Batavia pun sudah terjadi banjir. Bagi warga jakarta banjir merupakan makanan, karena setiap kali hujan turun maka Jakarta akan mengalami banjir. Hal tersebut sudah dianggap biasa bagi warga Jakarta yang sudah berkali-kali terkena banjir.
Di Jakarta, membuat selokan yang baik itu bukan merupakan budaya atau patokan tata aturan pembuatan bangunan. Rumah-rumah pada daerah pemukiman padat penduduk non-perumahan biasanya memiliki saluran air seadanya. Ukuran satu kilan tangan dipakai untuk menangani limbah rumah tangga beberapa puluh rumah. Belum lagi warga yang membuat sambungan rumah dengan jalan tanpa memperhatikan hubungan antar selokan, sehingga seringkali tampak ada selokan menggenang untuk tempat sampah dan selokan yang kering kerontang yang dijadikan tempat bakar sampah dalam satu rute.
3.        Sampah
Lahan terbangun yang telah mencapai 80% dari seluruh wilayah DKI Jakarta, membuat warga Jakarta yang tinggal dipemukiman padat biasanya kesulitan untuk membuang sampah. Maka selokan atau sungai pun menjadi media untuk tempat buang sampah atau bakar sampah, bahkan itu menjadi semacam kebiasaan.
Sekarang disetiap selokan atau sungai di Kota Jakarta sering kali ada sampah yang menghalangi jalannya arus air, hal ini menyebabkan selokan atau sungai mengalami penyumbatan dan dapat mengjadikan banjir. Padahal Pemerintah Daerah sudah mengeluarkan larangan pembuangan sampah di sungai dan Pemerintah juga sudah menyiapkan tempat untuk pembuangan sampah tetapi warga tidak mempedulikan karena warga sudah terbiasa membuang sampah di sungai.
Bila banjir melanda Kota Jakarta, Pemerintahlah yang sering disalahkan oleh warga karena pemerintah kurang memperhatikan bencana banjir. Padahal pemerintah sudah sering memperhatikan tetapi para warga Jakarta yang tidak mau mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Solusi Banjir di Jakarta
1.        Pilih perumahan yang jauh dari sungai dan anak sungai. Luapan banjir ini biasanya berasal dari sungai dan anak sungai. Biasanya yang terkena pertama kali adalah daerah sempadan sungai. Kadang juga ada perumahan bebas banjir yang ikut-ikut kebanjiran, gara-gara perumahan tetangga yang kebanjiran buang air (dipompa) melewati gorong-gorong perumahan bebas banjir.
2.        Pilih daerah yang berkontur tinggi. Kontur tinggi ini bisa dipilih pada daerah-daerah Selatan Jakarta, seperti Depok, Kelapa Dua, Bogor dst. Kontur yang tinggi biasanya tidak mungkin ada pada daerah sempadan sungai. Namun demikian, meski tinggal dekat sungai, tapi kalo sungainya berbentuk lembah sungai yang dalam, ya bakal aman. Contohnya beberapa lokasi di dekat Kali Pesanggrahan, memiliki lembah sungai yang dalam.
3.      Hindari daerah-daerah yang berdekatan dengan bekas rawa. Gampangannya daerah berjudul 'Rawa', misal Rawa Buaya, Rawa Bebek, dst. Dari namanya aja udah ketahuan kalo itu daerah rawa yang alih fungsi :D. Biasanya perubahan penggunaan lahan rawa menjadi daerah terbangun, tidak diimbangi dengan pembuatan saluran air yang benar-benar sesuai. Padahal pembangunan saluran air pada daerah bekas rawa ini merupakan syarat mutlak untuk konservasi dan pengganti fungsi rawa tadi. Hasilnya banjir di daerah bekas rawa maupun sekitarnya, misal daerah Kelapa Gading.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar