Entri Populer

Selasa, 30 November 2010

BENCANA MELETUSNYA GUNUNG MERAPI


Sejak Senin (25/10) mulai pukul 06.00 WIB, status aktivitas Gunung Merapi dinaikkan dari Siaga menjadi Awas. Dan pada Selasa (26/10/2010) malam, Gunung Merapi itupun memasuki fase erupsi (letusan).
Muntahan Gunung Merapi berlangsung sangat cepat dan tidak terduga. Sekitar pukul 17:02 WIB, Onggo, kontributor Tribunnews.com yang memantau di Dusun Sumberejo, dusun teratas di Merapi melaporkan ada guguran beruntun. Suara guguran tersebut terdengar sangat keras.
Setelah mengeluarkan suara letusan tiga kali, awan panas atau Wedhus Gembel merembet keluar dari gunung paling aktif di dunia tersebut. Jarak luncuran awan panas itu mencapai dua kilometer dari puncak ke lereng selatan. warga Komunitas Lereng Merapi, melihat ada warna merah menyala di puncak Merapi. Saat itu hampir pukul 19.00 WIB. Ini berarti magma sudah sampai ke kubah di puncak Gunung Merapi.
Selepas itu, ribuan orang dievakuasi di bawah hujan debu yang sangat pekat dari berbagai desa di lereng selatan Merapi, utamanya di sekitar Kinahrejo, Kaliadem, dan sepanjang sisi Kali Gendol, jalur luncuran awan panas Merapi.
Ratusan warga dari empat dusun di sekitar lereng Merapi dikumpulkan ke barak pengungsian di Balai Desa Umbulharjo. Menurut data petugas evakuasi bencana, tercatat sekitar 500 hingga 600 warga dari empat dusun tersebut kini ditempatkan pada dua tenda besar yang telah disiapkan. Sebagian warga yang tidak tertampung di tempat pengungsian balai Desa Umbulharjo, dialihkan ke SMP Taman Dewasa, Cangkringan.
Terjadinya luncuran awan panas beberapa kali terekam pada menit-menit berikutnya dengan durasi waktu antara 2 menit hingga paling lama terjadi selama 33 menit. Pada pukul 18.54 aktifitas awan panas mereda. "Indikasinya sudah sangat jelas, Merapi menepati janjinya, itulah sebabnya saya meminta petugas di pos pengamatan untuk mundur. Kami sampaikan informasi ke Satlak Penanggulangan Bencana masing-masing kabupaten segera membunyikan sirine tanda bahaya
Pemantauan secara visual melalui kamera CCTV yang terpasang di bukit Plawangan Kaliurang, tidak bisa dilakukan karena cuaca buruk dan terhalang kabut tebal. Kondisi malam hari yang gelap gulita itu membuat pengamatan tak bisa optimal dilakukan dengan bantuan kamera pemantau. Energi letusan Merapi kali ini cukup besar jika dibandingkan dengan kejadian serupa di tahun sebelumnya seperti pada 2006 lalu.
Petugas di pos pengamatan melaporkan mendengar ada suara gemuruh pada pukul 18.45 dari Pos Jrakah dan Pos Selo dan terjadi suara dentuman tiga kali. Bahkan dilaporkan dari pos pengamatan Selo terlihat nyala api bersama kolom asap membubung ke atas setinggi 1,5 kilometer dari puncak.
Mengenai penyelamatan warga yang diperkirakan terjebak saat terjadi luncuran awan panas, secara pribadi Surono merasa sedih bahkan dirinya sempat menangis karena sudah memberikan peringatan sebelumnya. Masa krisis Merapi masih belum lewat, kita masih akan  terus melakukan pemantauan dari alat seismik masih bisa memantau agar kita bisa melihat atau memberi kabar bahwa merapi akan meletus lagi.
Ada gulungan-gulungan sangat besar berwarna kuning kecokelatan sudah menerjang ujung hutan. Suasana sangat panik, dan setelah itu komunikasi putus. Rupanya longsoran material dari puncak menerjang hingga permukiman. Sejumlah warga di desa-desa tertinggi, selain Srumburejo, gelombang awan panas menerjang Ngrangkah, Ngangkrik, Kinahrejo, dusun tempat Mbah Marijan tinggal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar